Rabu, 25 Februari 2015

Pentingnya Komunikasi Verbal Bagi Seorang Dokter

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang begitu pesat, disadari atau tidak dapat berdampak kepada kemampuan komunikasi verbal seseorang tidak terkecuali profesi dokter. Karakteristik pasien saat ini tidak hanya mementingkan seberapa hebat kemampuan (hard skill) seorang dokter, namun juga sampai sejauh mana kemampuan komunikasi verbal dokter tersebut dapat mempengaruhi tingkat sugesti pasien dalam menghadapi suatu penyakit. 

Komunikasi verbal disadari atau tidak masih dianggap sebagai media interaksi antar manusia yang paling efektif. Keuntungan dari komunikasi verbal adalah kedua belah pihak baik itu pemberi (speaker) maupun pendengar (listener) dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam topik pembicaraan. Kedua belah pihak dapat saling memperhatikan tidak hanya substansi dari apa yang sedang dibicarakan, namun juga dapat menganalisis mimik muka, bahasa tubuh serta intonasi. Hal-hal tersebut dinilai cukup penting untuk tetap diterapkan dalam praktek kedokteran profesional di Indonesia. Sebagian besar Fakultas Kedokteran di Indonesia saat ini rasanya sudah mulai menyadari akan pentingnya komunikasi verbal, salah satu buktinya adalah pada Program Pendidikan Dokter Spesialis di beberapa rumah sakit pendidikan di Indonesia telah sejak lama diterapkan forum-forum diskusi antar residen dan konsulen untuk membahas suatu kasus penyakit yang unik. Salah satu tujuannya adalah untuk terus melatih kemampuan komunikasi verbal dari seorang dokter, sehingga pada saatnya nanti terjun langsung di masyarakat dapat dengan mudah beradaptasi dan tentunya akan menjadi mitra yang menyenangkan untuk masyarakat secara umum.

Upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi verbal seorang dokter tidak saja berhenti pada kegiatan-kegiatan rutin di lingkungan internal rumah sakit, namun juga IDI (Ikatan Dokter Indonesia) sebagai organisasi yang paling dihormati oleh para dokter yang sudah sejak lama memberikan terobosan-terobosan guna perbaikan layanan kesehatan di Indonesia khususnya berkaitan dengan komunikasi itu sendiri, namun harus menjadi suatu kesadaran pribadi para dokter itu sendiri. Salah satu langkah yang perlu segera dilakukan oleh para stakeholder adalah mulai menanamkan pada diri para dokter, bahwa untuk dapat memiliki kemampuan komunikasi verbal yang baik haruslah belajar menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu (good speaker is a good listener). Secara pribadi saya mencoba mencontohkan salah seorang dokter yang memiliki kemampuan komunikasi verbal yang cukup baik adalah dr. Purboyo Solek, Sp.A(K). Beliau adalah ahli neurologi anak dari RSHS Bandung. Sesuai dengan bidang spelisasi yang digelutinya, dr. Purboyo mencoba menanamkan kesan positif kepada seluruh pasien yang pertama kali ditemuinya, karena kesan pertama yang baik setidaknya akan mengurangi "trauma" pada diri pasien (khususnya pasien anak). Selain dr. Purboyo, masih banyak lagi contoh dokter yang secara terus-menerus berupaya untuk selalu meningkatkan kemampuan komunikasi verbal khususnya dengan pasien. Sebagai penutup tulisan ini, saya mengajak para dokter di seluruh wilayah Indonesia untuk semakin menyadari akan pentingnya kemampuan komunikasi verbal baik untuk kepentingan komunikasi dengan sejawat maupun komunikasi dengan pasien. 

"Dokter dengan kemampuan komunikasi verbalnya baik, pastilah akan menjadi teman yang menyenangkan bagi para kolega dan para pasien".

@oktri15

Selasa, 24 Februari 2015

Dokter Ramah & Komunikatif? WAJIB!!!

Tulisan ini sebenarnya merupakan harapan besar saya pribadi untuk kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Ide ini muncul berawal dari rentetan panjang pengalaman pribadi bersinggungan dengan dunia kesehatan dimulai dari tahuan 1981 sampai dengan saat ini. Analisis pribadi didukung oleh hasil wawancara dengan beberapa stakeholder di bidang kesehatan mulai dari tahun 2004 sampai dengan saat ini menemukan suatu kesimpulan sederhana yaitu tingkat kesembuhan seorang pasien (diluar faktor medis dan juga tindakan medis) akan sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan interpersonal yang dibangun didalam suatu sistem layanan kesehatan. Sebagai contoh seorang anak akan dengan senang hati untuk datang ke dokter anak maupun dokter gigi bukan semata-mata karena dokter tersebut memiliki keahlian (hard skill) yang sangat mumpuni, namun lebih karena adanya kesan awal yang sangat positif terhadap fasilitas dan juga tenaga medisnya. Dokter yang mampu berkomunikasi verbal secara baik dengan pasiennya, niscaya akan lebih disenangi. Dokter yang mampu memberikan nuansa optimis kepada pasien, juga sangat dinanti oleh setiap orang khususnya warga negara Indonesia.

Sebenarnya cukup klasik apabila kualitas layanan kesehatan kita coba bandingkan dengan Singapura. Pengalaman pribadi mulai tahun 2012 meneliti hal-hal yang berkaitan dengan kualitas layanan kesehatan di Singapura, sebenarnya tidak menemukan jawaban yang terlalu "WAH". Keberhasilan Singapura dalam mengelola layanan kesehatan tidak lepas dari perubahan mindset para stakeholdernya, dimana dokter, paramedis, dan tenaga pendukung lainnya sudah diperlakukan sebagai "HUMAN CAPITAL", dan tidak lagi menggunakan istilah "HUMAN RESOURCES". Artinya seorang dokter cukup "PRAKTEK" di 1 tempat saja, namun secara finansial telah aman. Pasien sebagai mitra utama rumah sakit dan dokter benar-benar diperlakukan secara "MANUSIAWI", walaupun sadar ataupun tidak nilai uang yang harus dibayarkan oleh pasien tidaklah sedikit. Waktu menunggu pasien di rumah sakit menjadi semakin "PASTI", sehingga secara psikologis pasien tidak harus membuang waktunya dengan percuma di rumah sakit. Dan yang terpenting adalah dokter lebih mengutamakan pendekatan secara humanis (dengan ramah, komunikatif dan selalu memberikan kesan positif kepada pasien).

Semoga ada orang-orang bijak di Kementerian Kesehatan RI, Rumah Sakit Pendidikan, RSUD, RS Swasta dan pimpinan Fakultas Kedokteran di Indonesia yang menyadari hal-hal tersebut, dan memulai perbaikan kualitas "MANPOWER-nya" dalam hal ini seorang dokter. Dokter yang ramah akan memberikan kesan yang positif kepada pasien. Dokter yang ramah akan membuat rumah sakit menjadi "SAHABAT" bagi setiap orang. Dan yang terpenting adalah Waktu Menunggu yang "PASTI" akan membuat rupiah kita tidak perlu terbang ke negeri Singa maupun Malaysia.

Saya yakin, kemampuan (hard skill dan soft skill) dokter Indonesia tetaplah yang TERBAIK! Amin.

@oktri15

Dokter dan Smartphone


Penggunaan smartphone di kalangan tenaga medis saat ini bukan saja diperuntukkan untuk kepentingan komunikasi secara pribadi, namun juga sudah mengarah kepada suatu kebutuhan mendasar khususnya berkaitan dengan komunikasi dengan sejawat. Smartphone dengan berbagai macam fitur yang menjanjikan berdampak secara positif kepada pemanfaatan yang lebih produktif di kalangan dokter. Salah satunya adalah dengan fitur chatting seperti (BBM, whatsapp, line, dll.). Para dokter baik yang bertugas di Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Rumah Sakit Swasta dan sarana pelayanan kesehatan lainnya sudah mulai menggunakan fitur-fitur pada smartphone dengan tujuan untuk mempercepat proses pertukaran informasi dan pengetahuan, sehingga pada akhirnya akan berdampak secara sistematis kepada peningkatan kualitas tindakan medis yang diberikan. Alasan lainnya dari penggunaan smartphone ini berdasarkan hasil penelitian Firdaus dkk. (2013) yang dipresentasikan pada Forum Informatika Kesehatan Indonesia (FIKI) 2013 di Semarang beberapa waktu lalu adalah untuk mengurangi kemungkinan terjadinya "DISTORSI" apabila pertukaran informasi dan pengetahuan antar dokter ini menggunakan media telepon. Selain itu juga fitur-fitur di Smartphone dapat sekaligus sebagai media penyimpanan yang efektif (dilihat dari kapasitas simpannya yang cukup besar), sehingga apabila informasi dan pengetahuan tersebut sewaktu-waktu diperlukan kembali, akan dengan mudah memperolehnya. Namun, adapun hal yang perlu dicermati dan selalu menjadi perhatian para dokter adalah walaupun smartphone mempermudah proses pertukaran informasi dan pengetahuan, tetap saja harus mengacu kepada kode etik praktek kedokteran yang berlaku di negara Republik Indonesia tercinta ini. Semoga smartphone benar-benar berfungsi sebagai "Telepon Pintar" bagi para dokter di Indonesia. 



@oktri15