Senin, 16 Januari 2012

Perjalanan 4 Hari di Bangkok

Perjalanan kali ini dimulai dari kota Bandung tercinta pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 08.00 WIB. Perjalanan kali saya rasakan cukup berat, berbeda dengan perjalanan dinas sebelumnya, bukan karena tempat seminar berada di kota Bangkok, Thailand. Apalagi setelah mencium kening dan pipi anakku tercinta sambil memanjatkan do’a untuk kesehatan anakku tercinta, ada pancaran yang cukup mendalam dari tatapan anakku ini. Rupanya hal tersebut merupakan firasat seorang ayah terhadap anaknya. Benar saja sesampainya di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, saya mendapat berita yang mengejutkan bahwa anakku tercinta demam tinggi hampir mencapai 39 derajat celcius (padahal pada saat pagi harinya terlihat sehat-sehat saja). Kontan saja, membuat perasaan saya menjadi tidak karuan. Tapi berkat peran istriku tercinta yang coba menenangkan dan meyakinkan bahwa anakku akan baik-baik saja. Dengan ucapan bismillah, pada pukul 16.25 saya masuk pesawat Air Asia menuju Bangkok dengan harapan perjalanan lancar dan saya selamat sampai tujuan serta kondisi anakku segera membaik.

Alhamdulillah tepat pukul 20.15 tiba di Bandara Suvarnabhumi Bangkok dengan selamat walaupun di perjalanan sedikit mengalami goncangan-goncangan kecil. Langsung saya coba menghubungi istri untuk menanyakan kondisi anak tercinta. Dan ternyata masih demam tinggi. Aduh... benar-benar konsentrasi semakin buyar. Saya hanya bisa berdo’a atas kesehatan anak tercinta. Ya Alloh semoga anakku cepat sembuh. Amien...

Proses pengecekan di Imigrasi Bandara Suvarnabhumi tidak terlalu lama hanya membutuhkan waktu sektar 10 menit. Akan tetapi yang menyita waktu cukup lama adalah menunggu datangnya bagasi. Dan benar saja waktu yang dibutuhkan hampir membutuhkan waktu 35 menit. Setelah bagasi saya peroleh, maka langsung saya cari kartu selular prabayar. Akhirnya saya putuskan untuk membeli kartu prabayar AIS (provider perusahaan telekomunikasi seluler yang bekerja sama dengan TELKOMSEL). Cukup dengan 200 Baht saya dapat membeli kartu prabayar tersebut dengan rincian 100 Baht untuk kartu perdanannya dan 100 Baht untuk pulsanya.

Bandara Suvarnabhumi memang cukup baik dari sisi display dan informasi yang diberikan bagi tamunya. Salah satu buktinya adalah pihak otorisasi pariwisata Thailand memberikan informasi mengenai peta dan tempat-tempat penting di Bangkok dan daerah lainnya secara cuma-cuma. Selain itu bandara ini termasuk salah satu bandara terbaik dan terbesar di kawasan Asia Tenggara. Saking besarnya, bagi tamu yang memiliki budget terbatas disarankan menggunakan taxi meter di lantai paling bawah (bukan limousine di lantai atas dengan biaya sekitar 1000 – 1500 Baht sekali jalan). Taxi meter di lantai bawah bandara ini hampir serupa dengan taksi argo di Indonesia dengan kisaran biaya dari Bandara ke pusat kota Bangkok sekitar 350 – 500 Baht sekali jalan. Tapi tidak perlu khawatir, taxi meter yang dimaksud bukanlah taxi tua atau menggunakan mobil yang jelek melainkan menggunakan mobil Toyota New Altis (wow.. harga tersebut cukup sebanding dengan kondisi mobilnya). Masalah utama pengemudi taksi di Thailand adalah minimnya kemampuan bahasa Inggris mereka, sehingga peta dan kalkulator sangatlah membantu sebagai petunjuk bagi pengemudi taksi di Thailand. Alternatif alat transportasi lain dari Bandara Suvarnabhumi menuju pusat kota Bangkok  adalah layanan Citi Line/SRT. Apabila menggunakan layanan Citiline/SRT disarankan menuju station Phaya Thai dengan biaya 45 Baht. Hal ini dikarenakan dari station Phaya Thai kita bisa langsung menggunakan BTS (skytrain) menuju berbagai tempat di pusat kota Bangkok.

Alhamdulillah pihak kampus sangat mendukung, dan saya telah dipesankan hotel di Grand President Hotel di daerah Sukhumvit melalui Agoda.com. Berbekal peta yang saya dapatkan di Bandara Suvarnabhumi, dari station Phaya Thai saya ganti menggunakan BTS menuju station Nana dengan biaya 25 Baht. Sesampainya di station Nana saya pakai taxi meter. Rupanya masalah kembali muncul, supir taxi tidak tahu lokasi hotel tempat saya menginap. Masalah lainnya adalah supir taxi ini tidak mau menggunakan meteran karena dia tahu saya orang asing. Setelah berputar-putar kurang lebih selama 30 menit di tengah kemacetan kota Bangkok yang cukup parah, akhirnya saya sampai di Grand President Hotel dengan biaya 150 Baht. Pihak hotel cukup baik dalam menyambut tamunya, walaupun tetap saja kemampuan bahasa Inggris mereka jauh kalah dibandingkan dengan resepsionis hotel-hotel di Indonesia. Yang agak berbeda dengan hotel ini, mereka hanya menunjukkan lokasi kamar dan tidak berusaha membantu saya sampai ke kamar (tapi positifnya saya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk tipp). Saya langsung memberi kabar kepada istri sambil menanyakan kondisi kesehatan anak tercinta. Tidak terasa ternyata sudah pukul 23.05 dan saya langsung mandi dan sholat Maghrib & Isya (di-jama’), walaupun awalnya agak sedikit bingung mengenai arah kiblatnya. Tapi berkat bantuan operator, saya akhirnya dapat melaksanakan sholat dengan tumaninah, dan akhirnya bisa beristirahat walaupun perasaan ini tentunya belum tenang menunggu kabar anak tercinta di Bandung.

Alhamdulillah saya bisa beristirahat cukup dan bangun tepat pukul 04.55 pada keeskoan harinya (11 Januari 2012). Setelah selesai sholat subuh saya langsung  menelepon istri untuk menanyakan kondisi anak tercinta. Ternyata masih demam tinggi. Sedih sekali rasanya tidak dapat mendampingi anak tercinta disaat kondisinya sedang demam tinggi. Alhamdulillah istri cukup tenang, sabar dan mandiri dalam mengatasi kondisi tersebut. Anakku akan diperiksa darah hari ini (semoga hasilnya bagus Ya Alloh). Setelah mandi saya langsung menuju restaurant untuk sarapan. Masalah kembali muncul, karena ternyata hampir sebagian besar makanan mengandung pork (yang diharamkan oleh Islam). Akhirnya saya sarapan roti yang cukup netral saja. Setelah selesai sarapan saya dapat kabar bahwa kondisi anak saya kondisinya cukup normal, walaupun menurut dokter besok harus dicek darah lagi. Alhamdulillah ya Alloh, semoga kondisi anakku terus membaik.

Pagi itu ada hal yang cukup mengejutkan, ternyata jarak antara Grand President Hotel menuju station Nana hanya berjarak 300 meter atau cukup dengan 5 menit berjalan kaki. Rupa-rupanya tadi malam saya sudah kena tipu supir taxi bangkok. Huhhh... gara-gara mereka tidak bisa bahasa Inggris dan tidak bisa bahasa Thai. Harusnya bisa gratis dan lebih sehat malah saya harus mengeluarkan biaya 150 Baht. Tapi sudahlah itu pengalaman yang cukup berharga. Setelah selesai sarapan saya lalu mencoba menghubungi pihak panitia yang bernama Dr. Nipat Jongsawat. Dr. Nipat cukup membantu mengarahkan saya menuju ke lokasi seminar. Lokasi seminar ini ada di wilayah barat daya Bangkok (atau menurut teman saya yang sedang lanjut S3 di King Mongkut University disebut dengan istilah “Bangkok coret”) tepat di Phetkasem Road. Dr. Nipat menyarankan saya untuk menggunakan BTS dari station Nana ke arah Mo Chit, lalu di station Siam saya ganti menggunakan BTS menuju Wong Wian Yai dengan biaya 40 Baht (sebagai informasi bahwa tarif minimum BTS adalah 15 Baht dan tarif maksimumnya adalah 40 Baht tergantung jarak). Sesampainya di station Wong Wian Yai saya langsung mencari taksi menuju tempat seminar. Taksinya cukup bagus dan bersih (hampir sebagian besar menggunakan TOYOTA New Altis). Masalah utamanya tetap saja yaitu supir taksi tidak bisa berbahasa Inggris, untung saja saya membawa peta Bangkok, dan saya tunjukkan lokasinya, barulah supir taksi itu mengerti. Biaya yang saya harus keluarkan menggunakan taksi memang jauh lebih mahal daripada BTS yaitu dari station Wong Wian Yai sampai dengan tempat seminar sebesar 70 Baht. Dan supir taksi di Bangkok (kecuali di Bandara dan dekat hotel) cukup fair dan jujur. Saya memberikan 100 Baht, dia langsung memberi kembalian 30 Baht sesuai dengan nilai yang tertera di meteran taksinya.

Sesampainya di Siam University, saya mencoba menanyakan kepada petugas keamanan kampus. Dan lagi-lagi petugas keamanan kampus ini tidak bisa berbahasa Inggris. Untungnya dia mengantar saya ke kantor public relations kampus, dan saya dibantu oleh seorang ibu di kantor tersebut menuju gedung yang dituju. Hal yang cukup menarik di Thailand adalah bahwa hampir sebagian besar siswa dari mulai jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi menggunakan baju seragam dengan model dan warna yang sama. Yang membedakan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya adalah pada lencananya saja. Seperti patut dipertimbangkan untuk diimplementasikan juga di Indonesia sebagai upaya untuk menekan angka kecemburuan sosial yang tinggi khususnya dikalangan kampus.

Pihak panitia menyambut dengan cukup baik dan menjelaskan tentang mekanisme pelaksanaan seminar yang akan dimulai esok harinya (12 Januari 2012). Pihak panitia menyarankan kami untuk mengunjungi salah satu objek wisata yang cukup terkenal di Bangkok yaitu Chao Phraya River. Dari Siam University kami menggunakan taksi dengan biaya sekitar 65 – 70 Baht sampai ke station Wong Wian Yai, lalu menggunakan BTS sampai dengan station Saphan Thaksin dengan biaya 20 Baht. Kita cukup berjalan kaki kurang lebih 5 menit sudah sampai di Sathor Pier (pelabuhan ferry mini khusus untuk rute Chao Phraya River. Ada 2 (dua) pilihan tiket yaitu 30 Baht untuk satu kali perjalanan pulang pergi dan 120 Baht untuk perjalanan full day dari pagi sampai dengan sore (sampai kita cape dan bosen, hehehe...). Banyak tempat menarik yang bisa kita kunjungi salah satunya adalah Wat Arun dan Grand Palace. Khusus di daerah Grand Palace kita harus berhati-hati apabila ditawari jasa Tuk-Tuk (bajaj versi Thailand). Harga maksimal tuk-tuk untuk mengantar kita menuju 3 tempat wisata sekitar Grand Palace adalah 30 Baht. Jangan sampai kita mengeluarkan uang lebih dari itu. Dan pengemudi tuk-tuk harus mau menunggu kita selama kita mengunjungi 3 tempat wisata tersebut. Barulah  kita bayar pada saat kita sudah kembali ke lokasi Grand Palace kembali.

Setelah puas mengelilingi Chao Phraya River maka kita disarankan oleh panitia untuk mencoba mengunjungi MBK (pusat perbelanjaan terbesar di Bangkok). Dari station Saphan Taksin dengan menggunakan BTS menuju station National Stadium dengan biaya sebesar 25 Baht kita sudah sampai di MBK. Tips berbelanja di MBK adalah anda harus “TEGA” dalam menawar harga, karena menurut pengalaman saya, Alhamdulillah saya membeli tas kulit yang konon katanya asli dengan harga 680 Baht dari harga awal 2500 Baht, hehehe... Memang MBK adalah surga belanja segala barang kebutuhan di kota Bangkok ini (dan mungkin lebih cocok untuk kaum hawa). Sedangkan untuk harga T-Shirt rata-rata antara 99 – 199 Baht per pcs.

Setelah cukup puas berkeliling di MBK, pihak panitia menyarankan untuk mencoba mengunjungi Siam Paragon dan Siam Discovery. Dari MBK kita bisa berjalan kaki selama 10 menit melalui terowongan yang menghubungkan MBK dengan Siam Paragon dan Siam Discovery atau menggunakan BTS dari station National Stadium ke station Siam dengan biaya 20 Baht. Siam Paragon adalah pusat perbelanjaan (mall) yang cukup terkenal di Bangkok.  Selain kita bisa membeli barang-barang branded, ada 1 tempat yang cukup sayang untuk dilewati yaitu Ocean World (terletak di lantai basement). Sedangkan di Siam Discovery ada 1 tempat yang cukup menarik yaitu Madame Thousands (tempat patung-patung lilin para artis dan tokoh terkenal dunia). Untuk masuk ke Madame Thousand kita harus mengeluarkan biaya sebesar 800 Baht per orang. Akhirnya tiba juga waktu sholat Maghrib (walaupun sangat sulit menemukan Masjid di Bangkok maupun mendengar suara adzan di Bangkok), saya memutuskan untuk kembali ke hotel untuk istirahat dan persiapan presentasi esok harinya.

Pada tanggal 12 Januari 2012 saya kembali ke Siam University untuk menghadiri seminar. Keynote speaker pada seminar ini adalah Prof. Dr. James G. Williams (profesor emeritus dari University of Pittsburg, USA). Peserta seminar berasal dari 13 negara yaitu Thailand, Indonesia, Malaysia, Iraq, Iran, Finlandia, USA, Korea Selatan, Mauritius, India, Mesir, Romania dan Kuwait. Saya bertemu dengan teman yang cukup baik dan aktif dalam berkomunikasi yaitu Dr. Tan (Malaysia), Neveen (Mesir), Haidar (Iraq) dan Hendrik (Malaysia). Alhamdulillah sesi presentasi saya lalui dengan lancar dan mendapatkan respon yang cukup baik dari para peserta seminar. Hari itu setelah selesai seminar saya langsung kembali ke hotel.

Hari ini (13 Januari 2012) adalah hari terakhir saya di Bangkok. Setelah sarapan pagi saya langsung check out dan pihak hotel memberikan fasilitas Bag Drop (free) untuk memudahkan tamu apabila masih memiliki aktivitas setelah check out dan tidak mau direpotkan dengan barang bawaannya. Saya kembali ke Siam University untuk mengikuti seminar hari terakhir. Seperti seminar lainnya bahwa hari ke-2 antusias peserta seminar yang sudah mendapat giliran presentasi pada hari pertama berkurang signifikan. Akhirnya seminar ditutup pada pukul 16.00 dan semoga bisa berpartisipasi kembali pada seminar ini di November/Desember 2012. Amien.

Saya langsung kembali ke hotel untuk mengambil semua barang bawaan dan langsung menggunakan BTS dari station Nana menuju station Phaya Thai dengan biaya 25 Baht, lalu saya ganti dengan Suvarnabhumi Citiline (SRT) dengan biaya 45 Baht. Alhamdulillah saya tiba di Bandara Suvarnabhumi pada pukul 18.00 dan bertepatan dengan waktu sholat maghrib. Subhanalloh, mushola di Bandara Suvarnabhumi cukup besar dan bersih. Di mushola tersebut saya bertemu dengan rekan-rekan dari Sri Lanka, Thailand, Myanmar, Perancis dan Ghana untuk sholat maghrib berjama’ah. Indah sekali momen tersebut. Alhamdulillah...

Setelah selesai shalat maghrib saya langsung check in dan melalui proses check pasport di Imigrasi dengan waktu yang agak lama (dikarenakan banyak petugas imigrasi yang sedang istirahat). Lalu saya harus melewati pos pengecekan barang. Waw... proses pengecekan barangnya sangat ketat (sampai saya harus melepas SABUK, JAM TANGAN, CINCIN, DOMPET, SEPATU, CINCIN, GELANG dan semua barang dari logam. Hehehe... Sepertinya patut dicontoh oleh Bandara Soekarno Hatta dan bandara lainnya di Indonesia untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Saya take off pada pukul 20.55 dan alhamdulillah tiba di Jakarta pukul 00.30 WIB. Dan saya tiba kembali di Bandung tercinta pada pukul 07.00 (setelah berjuang menggunakan taksi Silver Bird dari Bandara ke Pool Cipaganti Arteri Pondok Indah, dikarenakan sudah tidak ada lagi travel khusus Bandara menuju Bandung).
Finally, saya bisa berkumpul kembali dengan keluarga kecil yang tercinta. Nuhun pisan ya Alloh...

Semoga cerita singkat dari perjalanan ini bermanfaat untuk rekan-rekan semua. Wassalam